Senin, 27 Februari 2012

Angkringan : Merakyat, Tapi Banyak yang Suka

ilustration by ekowibowo_artpic

Kalau kalian sedang berada di daerah sekitaran Yogyakarta-Solo, pas malam hari, coba perhatikan wilayah pinggiran jalan. Biasanya ada kedai tenda kecil bercahaya redup dan banyak dikunjungi orang. Apa sih itu sebenernya? Ternyata itu yang disebut Warung Angkringan. Apa sih Warung Angkringan itu? Apa aja yang di jual di Warung Angkringan itu?

Angkringan itu warung yang menjual makanan a la kampung, seperti nasi kucing, sate usus ayam, sate keong, sate telur puyuh, ceker ayam, macem-macem gorengan, dan masih banyak lagi. Minuman yang dijual juga beraneka ragam, seperti es teh/teh hangat, es jeruk/jeruk hangat, jahe anget, kopi, susu, dan bahkan ada yang menggabungkan jahe dengan susu jadi jahe susu. Benar-benar sangat sederhana makanan yang disediakan di Angkringan tersebut.

Istilah Angkringan itu berasal dari bahasa jawa "nangkring" yang artinya duduk dengan santai. Kadang ada yang menyebut angkring dengan istilah HIK atau "Hidangan Istimewa Klaten/Kampung" karena asal muasal Angkring ini berasal dari wilayah Bayat, Klaten, Jawa Tngah dan ada juga yang menyebut wedangan yang artinya minuman hangat. Harga dari makanan dan minuman yang disediakan tergolong sangat murah sehingga banyak yang membeli utuk penghilang lapar atau sekedar bersantai.

Biasanya Wrung Angkringan itu berasal dari subah gerobag yang ditutupi pake terpal plastik agar pengunjung tidak kehujanan. Biasanya mulai dibuka pada pukul 5 sore hingga malam hari. Peneranganyapun sangat sederhana hanya menggunakan lampu teplok atau senthir, yang lebih moderen biasanya memakai lampu petromaks. Sebuah warung angkring bisa muat 6 sampai 8 orang didalamnya, kalau banyak yang berkunjung tapi sudah tidak muat tempatnya, juga disediakan tikar. Sederhana sekali kan?

Tapi tunggu dulu. Biarpun sederhana, yang berkunjung ke Warung Angkringan tersebut berasal dari berbagai macam kalangan. Mulai dari tuakang becak, kuli bangunan, mahasiswa, polisi, pegawai kantoran, hingga pejabat eksekutif menikmati hidangan yang sederhana ini. Biasanya antara pengunjung dengan pengunjung lain atau dengan penjual saling berbincang dengan santai mesikpun sebenarnya belum saling kenal namun mereka terlihat seperti akrab satu dengan yang lainya dalam suasana yang penuh kekeluargaan tanpa membeda bedakan status sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar